🪷 Ceramah Dhamma: Jadilah Pelita bagi Dirimu Sendiri
(Berdasarkan DN 16 — Mahāparinibbāna Sutta)
“Attadīpā viharatha, Dhammadīpā viharatha.”
“Hiduplah sebagai pelita bagi dirimu sendiri, hiduplah sebagai pelita dengan Dhamma.”
1. Pembukaan
Saudara-saudari se-Dhamma yang berbahagia,
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita bersama-sama merenungkan sabda Sang Buddha yang diucapkan menjelang Beliau memasuki Parinibbāna, sebagaimana tercatat dalam Dīgha Nikāya 16 — Mahāparinibbāna Sutta:
“Attadīpā viharatha, Dhammadīpā viharatha.”
Sabda ini memiliki makna mendalam: bahwa dalam perjalanan hidup ini, kita hendaknya menjadi pelita bagi diri kita sendiri, dan menjadikan Dhamma sebagai cahaya penuntun langkah.
Pesan ini bukan sekadar nasihat moral, tetapi merupakan pedoman hidup spiritual yang universal. Di tengah dunia yang terus berubah — di mana nilai-nilai sering kabur, dan arah kehidupan semakin kompleks — sabda ini menjadi pengingat abadi: bahwa sumber cahaya sejati tidak datang dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri.
2. Makna “Jadilah Pelita bagi Dirimu Sendiri”
Menjadi pelita bagi diri sendiri berarti memiliki kesadaran, kebijaksanaan, dan tanggung jawab atas hidup kita sendiri.
Guru, orang tua, maupun sahabat bisa menuntun, namun tidak ada seorang pun yang dapat berjalan menggantikan langkah kita.
Sang Buddha mengingatkan, bahwa kebijaksanaan sejati lahir dari pengalaman langsung dan pengamatan yang jernih terhadap hidup ini — bukan dari kepercayaan buta, melainkan dari pemahaman yang tumbuh melalui perhatian penuh (sati) dan pengertian benar (sammā-diṭṭhi).
Dalam bahasa yang lebih sederhana, menjadi pelita bagi diri sendiri berarti belajar mengenali batin sendiri:
Apakah kita sedang digerakkan oleh keserakahan?
Apakah kita dikuasai oleh kemarahan atau kebodohan batin?
Atau, apakah kita sedang berusaha menumbuhkan cinta kasih dan kebijaksanaan?
3. Fenomena Kehidupan Sehari-hari
Di era modern ini, manusia semakin terhubung melalui teknologi, tetapi sering kali merasa semakin kesepian.
Kita mencari kebahagiaan dari hal-hal di luar diri: gawai, media sosial, status, bahkan pujian.
Banyak orang berkata,
“Kalau aku sudah sukses, aku akan bahagia.”
“Kalau orang lain memahami aku, hidupku akan tenang.”
Namun, sebagaimana Sang Buddha ajarkan, ketenangan tidak datang dari perubahan di luar, melainkan dari pengendalian di dalam.
Kita tidak bisa mengatur angin, tetapi kita dapat menyesuaikan layar perahu agar tetap berlayar dengan baik.
Contohnya, ketika seseorang menghadapi masalah di tempat kerja, reaksi awalnya mungkin menyalahkan orang lain.
Namun bila ia berhenti sejenak, menarik napas, dan merenungkan:
“Apakah aku bisa belajar sesuatu dari kejadian ini?”
Maka ia telah menyalakan pelita kecil di dalam batinnya — pelita kesadaran dan kebijaksanaan.
4. Makna “Jadilah Pelita dengan Dhamma”
Sang Buddha melanjutkan,
“Dhammadīpā viharatha — Jadilah pelita dengan Dhamma.”
Artinya, cahaya yang kita nyalakan bukan hanya berdasarkan keinginan pribadi, tetapi berlandaskan kebenaran Dhamma — yaitu kebajikan, kesabaran, dan cinta kasih.
Menjadi pelita dengan Dhamma berarti menjadikan nilai-nilai luhur itu sebagai panduan dalam setiap langkah:
-
Ketika berbicara, gunakan ucapan benar dan lembut.
-
Ketika bertindak, lakukan dengan kasih dan welas asih.
-
Ketika berpikir, arahkan pikiran pada kebaikan dan kebijaksanaan.
Dengan demikian, cahaya Dhamma bukan hanya menerangi diri sendiri, tetapi juga menyinari orang lain tanpa kita sadari.
5. Fenomena Sosial: Dunia yang Semakin Gelap
Saudara-saudari, kita hidup di zaman di mana dunia tampak semakin gelap oleh kebencian, berita palsu, dan keserakahan.
Namun justru di saat-saat seperti inilah, peran pelita batin menjadi sangat penting.
Satu nyala kecil mungkin tampak tidak berarti, tetapi di tengah kegelapan, satu cahaya bisa memberi arah bagi banyak orang.
Kita tidak perlu menjadi tokoh besar atau orang suci untuk menyalakan cahaya itu.
Cukup dengan menjadi orang yang jujur, penuh kasih, dan sadar — dunia di sekitar kita akan menjadi lebih terang.
6. Penutup: Meditasi Refleksi “Menyalakan Cahaya Batin”
(Instruksi dibacakan dengan suara lembut dan perlahan)
Mari kita tutup renungan ini dengan meditasi singkat.
Duduklah dengan tenang. Tarik napas perlahan… dan hembuskan dengan lembut.
Biarkan tubuh dan pikiran beristirahat.
Bayangkan di dalam dada, terdapat sebuah pelita kecil.
Awalnya redup… lalu perlahan menyala, memancarkan cahaya lembut.
Pelita itu adalah kesadaranmu — cahaya Dhamma di dalam diri.
Rasakan kehangatan itu menyebar ke seluruh tubuh, menenangkan hati yang resah, meluruhkan kemarahan, menyembuhkan luka batin.
Sekarang, biarkan cahaya itu meluas — menyentuh keluarga, sahabat, dan semua makhluk.
Ucapkan dalam hati:
“Semoga semua makhluk berbahagia.
Semoga semua makhluk damai.
Semoga semua makhluk terbebas dari penderitaan.”
Rasakan kedamaian itu.
Dan sebelum kita membuka mata, ucapkan perlahan dalam batin:
“Mulai hari ini,
aku akan menjadi pelita bagi diriku sendiri.
Aku akan berjalan dengan Dhamma sebagai cahayaku.”
🕯️ Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Semoga semua makhluk hidup berbahagia. 🙏

Komentar