Langsung ke konten utama

MENGHADAPI MARA

 


 

🪷 KEGIATAN SMB 45 MENIT


Tema: Petapa Gotama Menghadapi Māra

(Kisah dari Nidānakathā Jātaka dan Sutta Nipāta 3.2)

Kelas: 5–6 SD

Durasi: ±45 menit


🌸 1. PEMBUKA (3 menit)


Guru memberi salam Buddhis.

Anak-anak duduk tenang dan bernamaskara.

Guru mengajak menyanyi “Namo Tassa…” atau tepuk semangat singkat.

---


🌳 2. STUDI CERITA (±12 menit)


Cerita Dhamma: Keteguhan di Bawah Pohon Bodhi

Di Hutan Gayā, Petapa Gotama menemukan pohon asattha (beringin) dan duduk bersila menghadap timur.

Beliau bertekad:


> “Walau hanya kulit, urat, daging, dan tulang-Ku yang tertinggal, Aku tak akan bangkit sebelum menjadi Buddha!”


Māra — raja kegelapan — mendengar tekad itu dan berteriak:

> “Tak akan kubiarkan Siddhattha menjadi Buddha!”

Dengan menunggang gajah besar Girimekhala, Māra datang bersama pasukan jahatnya. Petapa Gotama tetap duduk tenang, penuh ketenangan batin.

Māra menyerang dengan angin topan, badai, hujan batu, api, abu panas, dan lumpur, tetapi semua berubah menjadi bunga-bunga surgawi. 🌸


Akhirnya Māra menantang:

> “Siapa saksi kebajikanmu?”

Petapa Gotama menyentuh bumi dan berkata:

> “Bumi adalah saksiku.” 🌏


Bumi bergemuruh, cahaya muncul dari tubuh-Nya, gajah Girimekhala berlutut, dan pasukan Māra melarikan diri.

Pagi harinya, Beliau mencapai Penerangan Sempurna — menjadi Buddha, yang mengalahkan Māra bukan dengan senjata, tetapi dengan kebajikan dan ketenangan.


🪷 SEPULUH SIFAT SEMPURNA (DASA PĀRAMĪ)

Perisai Petapa Gotama Menghadapi Māra

Makna Sederhana untuk Anak Contoh Sehari-hari

1️⃣ Dāna Pāramī Kesempurnaan dalam berdana Suka memberi dan berbagi dengan ikhlas Berbagi makanan, menolong teman tanpa pamrih

2️⃣ Sīla Pāramī Kesempurnaan dalam menjaga moral Menjaga perilaku, tidak berbohong atau menyakiti Patuh pada lima sila

3️⃣ Nekkhamma Pāramī Kesempurnaan dalam meninggalkan kesenangan duniawi Tidak serakah, tidak selalu ingin punya semua Rela berbagi mainan atau giliran

4️⃣ Paññā Pāramī Kesempurnaan dalam kebijaksanaan Mengetahui mana yang baik dan buruk Berpikir dulu sebelum bertindak

5️⃣ Viriya Pāramī Kesempurnaan dalam semangat dan usaha Tidak mudah menyerah dan rajin berlatih Tetap belajar walau sulit

6️⃣ Khanti Pāramī Kesempurnaan dalam kesabaran Tidak marah walau disakiti atau menunggu lama Bersabar saat antre atau dimarahi

7️⃣ Sacca Pāramī Kesempurnaan dalam kejujuran Berani berkata benar dan jujur Mengakui kesalahan

8️⃣ Adhiṭṭhāna Pāramī Kesempurnaan dalam tekad kuat Tidak menyerah pada tujuan baik Tetap mencoba walau gagal

9️⃣ Metta Pāramī Kesempurnaan dalam cinta kasih Mendoakan semua makhluk bahagia Tersenyum, menolong, memaafkan

🔟 Upekkhā Pāramī Kesempurnaan dalam keseimbangan batin Tetap tenang dalam suka dan duka Tidak terlalu senang saat menang, tidak sedih saat kalah


🌸 Makna untuk Cerita “Menghadapi Māra”


> Ketika Māra menyerang dengan badai, hujan batu, dan api,

Petapa Gotama melindungi diri bukan dengan kekuatan fisik,

melainkan dengan Sepuluh Sifat Sempurna (Dasa Pāramī).


🌟 Maka setiap serangan Māra berubah menjadi bunga surgawi,

karena kebajikan dan kesempurnaan batin lebih kuat dari kejahatan apa pun.


🧘‍♀️ Pesan untuk Anak SMB

> “Kita pun bisa jadi seperti Buddha —

kalau kita rajin melatih kesabaran, kejujuran, cinta kasih, dan semangat baik.

Itulah cara kita menaklukkan Māra di dalam diri.”


💬 3. DISKUSI CERITA (±8 menit)


Pertanyaan panduan:


1. Apa yang dilakukan Petapa Gotama saat diserang Māra?

2. Mengapa semua serangan berubah menjadi bunga?

3. Apa artinya “Bumi adalah saksiku”?

4. Siapa “Māra” dalam kehidupan kita (misalnya malas, marah, iri)?

5. Bagaimana caramu mengalahkan Māra di hatimu?

Kesimpulan:


> “Māra melambangkan hal-hal buruk dalam diri kita.

Kita bisa mengalahkannya dengan kebajikan, ketenangan, dan semangat baik.”


🎨 4. AKSI / DRAMA GERAK (±10 menit)


Gerak Cerita / Permainan “Tundukkan Māra”


Alat: kertas bertuliskan sifat buruk (malas, marah, takut, iri, bohong, sombong), bola kertas atau spons, kardus bertuliskan “Kebajikan”.


Cara:


1. Anak berdiri berbaris, lalu melempar bola ke tulisan “sifat buruk”.

2. Setiap lemparan, mereka menyebutkan kebalikannya:

“Malas!” → “Aku rajin!”

“Marah!” → “Aku sabar!”

“Takut!” → “Aku berani!”

3. Siapa yang berhasil, berseru:

> “Aku menaklukkan Māra dengan kebajikan!” ✨

Makna:


Belajar mengenali “Māra” dalam diri dan menggantinya dengan kebajikan.

Melatih semangat, kerja sama, dan kesadaran batin.



🎵 5. LAGU DAN GERAKAN (±8 menit)


Lagu: “Aku Lawan Māra!” 🎶

Gerakan sederhana:

Lirik Gerakan Nilai

“Di bawah pohon Bodhi” Tangan membentuk pohon di atas kepala 🌳 Keteguhan

“Petapa duduk tenang” Duduk bersila, senyum damai 😌 Ketenangan

“Aku juga bisa! Tak takut Māra!” Tangan di dada lalu angkat ke atas 💪 Keberanian

“Malas pergi, marah pun hilang” Kibas tangan kiri-kanan Mengatasi keburukan

“Cahaya baik bersinar terang” Tangan naik lalu sebar keluar ✨ Kebajikan bersinar


Pesan lagu:


> “Kejahatan tak bisa dikalahkan oleh kejahatan —

hanya oleh kebaikanlah Māra dapat dikalahkan.”


🕊️ 6. MEDITASI PENUTUP (±5–7 menit)


(Diletakkan di akhir agar anak tenang sebelum pulang)

Guru membimbing dengan lembut:

> “Sekarang duduk tegak, pejamkan mata…

Bayangkan kamu duduk di bawah pohon Bodhi seperti Petapa Gotama.

Saat muncul rasa malas, sadari dan lepaskan.

Saat muncul marah, ucapkan: Aku tenang.

Saat muncul takut, ucapkan: Aku berani.

Rasakan cahaya hangat muncul dari dadamu.

Cahaya itu makin besar, menenangkan seluruh tubuhmu.

Itulah cahaya kebajikan dalam dirimu.”

> “Semoga aku kuat menghadapi Māra di dalam diriku.

Semoga semua makhluk hidup bahagia dan damai.”

Sādhu… Sādhu… Sādhu. 🙏


🌼 7. PENUTUP (±2 menit)


Guru mengajak anak tepuk tangan: “Tepuk Dhamma – Melawan Māra!”


Semua anak berteriak gembira:


> “Bijak! Tenang! Bahagiaaa! Sādhu! 🙌”


Semoga bermanfaat

---

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vaṇṇupatha-Jātaka

🏜️ VAṆṆUPATHA–JĀTAKA (Kisah Perjalanan di Gurun Pasir) Ketekunan dan Keyakinan Membawa Keselamatan 📜 Latar Cerita: Brahmadatta adalah raja di Benares. Bodhisatta terlahir sebagai seorang saudagar bijaksana yang memimpin lima ratus gerobak dagang menyeberangi padang pasir sejauh enam puluh yojana. Gurun itu sangat panas — pasirnya seperti bara, sehingga mereka hanya dapat berjalan di malam hari dan beristirahat di siang hari. 🌵 Kisahnya: Suatu malam, pemandu mereka tertidur di atas gerobak dan sapi-sapi tanpa sadar berbalik arah, sehingga rombongan kembali ke tempat semula. Pagi tiba — air dan kayu bakar sudah dibuang, tidak ada lagi bekal. Semua orang putus asa dan berbaring di bawah gerobak, menunggu mati. Namun Bodhisatta berkata dalam hati: “Jika aku menyerah sekarang, semuanya akan binasa.” Ia berjalan di bawah panas matahari dan menemukan rumput kusa tumbuh di pasir. “Rumput ini tidak mungkin hidup tanpa air di bawahnya,” pikirnya. Ia memerintahkan pengikutnya menggali. Setelah...
Tema: Berani Beda, Berani Benar Peserta: Remaja SMP/SMA 1. Pembukaan (3 menit) Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x). Selamat pagi/siang sahabat Dhamma. Hari ini kita akan membahas satu hal yang sangat penting dalam hidup remaja: bagaimana kita berani berbeda ketika lingkungan menekan kita untuk ikut arus, dan berani benar meskipun harus sendirian. 👉 Pertanyaan pembuka: “Siapa di sini pernah merasa tertekan ikut-ikutan teman padahal hati kecil berkata itu salah?” 2. Mengapa Tema Ini Penting (5 menit) Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Tekanan dari teman sebaya (peer pressure) bisa sangat kuat. Media sosial menambah tekanan: ikut tren, ikut challenge, takut dianggap “nggak gaul”. Pertanyaan reflektif: “Apakah lebih penting terlihat keren di mata orang lain, atau tenang di hati sendiri?” 3. Landasan Dhamma (10 menit) Dhammapada 061 “Lebih baik berjalan sendiri di jalan yang benar, daripada berjalan bersama orang bodoh di jalan yang salah...