Langsung ke konten utama

Memotong Rambut

 📘 Rancangan Kegiatan Sekolah Minggu


Durasi: 45 menit

Tema: Belajar dari Pelepasan Agung Pangeran Gotama

Kelas: 5–6 SD



---


1. Pembukaan (5 menit)


Guru menyapa anak-anak: “Sotthi hotu, Namo Buddhaya.”


Ajak anak-anak menyanyikan satu lagu Buddhis yang riang, misalnya tentang kebahagiaan atau cinta kasih.


Beri ice breaking singkat: “Tebak gerakan” → guru memperagakan gerakan sederhana (misalnya makan, tidur, menulis, berdoa) dan anak menebak.


Tujuan: mencairkan suasana, membuat anak fokus, dan siap menerima pelajaran.




---


2. Apersepsi & Pengantar Materi (5 menit)


Guru bertanya:


“Kalau kalian punya mainan atau barang kesayangan, apa rasanya kalau harus ditinggalkan?”


“Pernahkah kalian berbagi sesuatu yang kalian sukai kepada orang lain?”



Guru kemudian mengaitkan dengan kisah:


Pangeran Gotama yang meninggalkan istana, harta, dan kenyamanan demi mencari jalan keluar dari penderitaan semua makhluk.


Menekankan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari harta, tapi dari hati yang bebas dari kemelekatan.





---


3. Kegiatan Inti (15 menit)


a. Penceritaan Kisah (7 menit)


Guru menceritakan kisah Pangeran Gotama di Sungai Anoma:


Gotama keluar dari istana bersama Channa dan kuda Kanthaka.


Ia menyadari rambut dan pakaian mewahnya tidak cocok untuk kehidupan seorang petapa.


Ia memotong rambutnya, lalu mengganti pakaiannya dengan jubah sederhana.


Dewa Sakka menyimpan rambut Gotama di surga karena tahu beliau kelak akan menjadi Buddha.


Gotama meninggalkan segala kemewahan demi mencari jalan menuju kebahagiaan sejati.



Cerita dibawakan dengan ekspresi suara yang hidup, bisa dibantu gambar atau proyektor agar lebih menarik.


b. Diskusi Reflektif (8 menit)


Guru membagi anak-anak ke dalam kelompok kecil (3–4 orang) lalu memberi pertanyaan:


1. Apa yang paling berat menurutmu dari kisah Gotama?



2. Kalau kamu jadi Gotama, apa yang paling sulit ditinggalkan?



3. Apa artinya berbagi atau melepaskan sesuatu untuk orang lain?



4. Bagaimana caranya kita meneladani Gotama dalam kehidupan sehari-hari?




Setelah diskusi, masing-masing kelompok menyampaikan 1 jawaban terbaik mereka.



---


4. Aktivitas Kreatif (10 menit)


Pilihan kegiatan (guru bisa menyesuaikan):


Pilihan A – Role Play


Beberapa anak berperan sebagai Pangeran Gotama, Channa, Kanthaka, dan Dewa Sakka.


Mereka memerankan adegan di Sungai Anoma: Gotama memotong rambut, Channa dan Kanthaka bersedih, lalu Gotama memilih menjadi petapa.


Setelah role play, guru bertanya: “Bagaimana rasanya memerankan peran itu?”



Pilihan B – Lembar Kerja Refleksi & Kreativitas


Anak-anak diberikan lembar kerja berisi:


1. Gambar Gotama memotong rambut → untuk diwarnai.



2. Kolom pertanyaan refleksi singkat:


Hal yang paling aku sayangi di rumah.


Apakah aku bisa berbagi atau melepaskannya untuk orang lain? Mengapa?


Satu tindakan baik yang ingin kulakukan minggu ini.





Anak-anak menuliskan jawaban mereka dan boleh membacakan secara sukarela.




---


5. Meditasi & Penutup (10 menit)


Ajak anak-anak duduk tenang, pejamkan mata, tarik napas, dan bayangkan Gotama yang penuh kasih kepada semua makhluk.


Guru memandu dengan kata-kata sederhana:

“Bayangkan Gotama tersenyum kepada kita. Ia rela melepaskan semua harta demi kebahagiaan kita. Mari kita ucapkan dalam hati: Semoga semua makhluk berbahagia. Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan.”


Setelah meditasi, ajak anak-anak melakukan “Pelukan Kasih”: saling berpelukan dengan teman sebelahnya sambil berkata: “Aku sayang kamu, semoga kamu bahagia.”


Guru menutup dengan doa singkat, lalu pesan peneguhan:

“Hari ini kita belajar bahwa kebahagiaan sejati lahir dari hati yang rela melepaskan. Yuk, kita praktekkan dengan berbagi dan menyayangi sesama.”




---


✏️ Catatan untuk Guru


Jika kelas aktif, bisa dipilih metode role play agar anak lebih terlibat.


Jika kelas lebih tenang, gunakan


lembar kerja refleksi yang bisa dibawa pulang.


Bisa juga digabungkan: role play singkat (5 menit) lalu refleksi tertulis (5 menit).


Pastikan ada momen hening (meditasi singkat) agar anak merasakan ketenangan batin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema: Berani Beda, Berani Benar Peserta: Remaja SMP/SMA 1. Pembukaan (3 menit) Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x). Selamat pagi/siang sahabat Dhamma. Hari ini kita akan membahas satu hal yang sangat penting dalam hidup remaja: bagaimana kita berani berbeda ketika lingkungan menekan kita untuk ikut arus, dan berani benar meskipun harus sendirian. 👉 Pertanyaan pembuka: “Siapa di sini pernah merasa tertekan ikut-ikutan teman padahal hati kecil berkata itu salah?” 2. Mengapa Tema Ini Penting (5 menit) Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Tekanan dari teman sebaya (peer pressure) bisa sangat kuat. Media sosial menambah tekanan: ikut tren, ikut challenge, takut dianggap “nggak gaul”. Pertanyaan reflektif: “Apakah lebih penting terlihat keren di mata orang lain, atau tenang di hati sendiri?” 3. Landasan Dhamma (10 menit) Dhammapada 061 “Lebih baik berjalan sendiri di jalan yang benar, daripada berjalan bersama orang bodoh di jalan yang salah...
  🪷 Self Love Journey: From Insecure to Secure (Perjalanan Mencintai Diri: Dari Minder Jadi Pede) Durasi: 45 menit Audience: Remaja SMP–SMK 1. Pembukaan & Ice Breaking (5 menit) Ajak peserta angkat tangan: “Siapa yang pernah minder? Siapa yang pernah bandingin diri dengan orang lain?” Bikin suasana cair → semua orang pernah merasa insecure. Tema hari ini: Self Love Journey , kita belajar dari Dhamma bagaimana mengubah minder jadi percaya diri. 2. Self Love dalam Dhamma (7 menit) Rujukan Sutta: Mettā Sutta (Sn 1.8) : “Seorang hendaknya berbahagia dan aman. Hendaknya ia memancarkan cinta kasih kepada dirinya sendiri…” Dhammapada 157 : “Jika seseorang mencintai dirinya sendiri dengan benar, ia harus menjaga dirinya dengan baik.” Penjelasan: Self love = melatih mettā pertama-tama kepada diri sendiri. Kalau kita bisa menyayangi diri, kita punya energi untuk menyayangi orang lain. Self love yang bijaksana berbeda dengan egois. Egois = hanya mementingka...
  🕒 Rancangan Sesi 45 Menit – Tema “Semangat” (Revisi) 1. Pembukaan & Ice Breaking (5 menit) Salam & Namaskara (1 menit) Ice Breaking: “Tebak Semangat” Guru menirukan ekspresi malas → sedih → semangat → lelah → semangat lagi. Anak-anak menebak emosi yang ditunjukkan. Pesan: “Hari ini kita belajar bagaimana tetap SEMANGAT walaupun kadang lelah.” 2. Cerita & Diskusi (10 menit) Cerita – “Ananda yang Tidak Menyerah” Awal: Ananda diminta ibunya membantu menyapu halaman. Ia mulai semangat, tapi setelah melihat banyak daun, ia merasa malas. Titik balik: Ananda duduk lelah, lalu teringat kata-kata gurunya di SMB minggu lalu: “Semangat itu seperti matahari. Jika terus bersinar, semua menjadi terang.” Aksi: Ananda bangkit, mengambil sapu lagi, dan mulai bekerja sambil bernyanyi kecil. Ia selesaikan pekerjaannya sampai halaman bersih. Akhir: Ibunya memuji, “Ananda, Ibu senang kamu menyelesaikan tugasmu. Kamu anak yang semangat!” Ananda merasa bahagia kare...