Langsung ke konten utama

Raja Bimbisara


 

📘 Bahan Pengajaran SMB (45 menit)

Tema: Raja Bimbisāra – Raja Bijaksana Sahabat Buddha


⏰ Alokasi Waktu

  1. Pembukaan & Ice Breaking (5 menit)

  2. Cerita utama: Raja Bimbisāra & Buddha (15 menit)

  3. Diskusi interaktif & tanya jawab (10 menit)

  4. Kegiatan kreatif: drama singkat / menggambar (10 menit)

  5. Kesimpulan & pesan moral (5 menit)


1. Pembukaan (5 menit)

  • Salam: “Namo Buddhāya” 🙏

  • Ajak anak-anak bernyanyi lagu Buddhis singkat (misalnya Namo Tassa atau lagu SMB favorit).

  • Ice breaking:
    👉 “Kalau kalian jadi raja atau ratu, apa yang pertama kali kalian lakukan untuk rakyatmu?”


2. Cerita Utama (15 menit)

Kisah Raja Bimbisāra

  • Dahulu kala, di India ada kerajaan besar bernama Magadha. Rajanya adalah Bimbisāra, seorang raja bijaksana, adil, dan baik hati.

  • Suatu hari, Raja melihat seorang pertapa muda yang berjalan dengan penuh wibawa. Ia adalah Pangeran Siddhattha yang sedang mencari kebenaran.

  • Raja berkata:

    “Tuan pertapa, Engkau masih muda. Janganlah Engkau susah-susah berkelana. Aku ingin Engkau menjadi penasehatku, bahkan bisa menjadi raja bersama-sama denganku.”

  • Siddhattha menjawab dengan lembut:

    “Yang Mulia Raja, aku sedang mencari sesuatu yang jauh lebih berharga dari tahta dan kekayaan. Jika aku sudah menemukannya, aku akan kembali.”

  • Beberapa tahun kemudian, setelah mencapai Pencerahan dan menjadi Buddha, Beliau datang kembali ke Rajagaha.

  • Raja Bimbisāra bahagia sekali, langsung bersujud kepada Buddha, dan berkata:

    “Mulai hari ini, aku berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha.”

  • Sang Raja memberikan Veluvana (Hutan Bambu) sebagai vihara pertama bagi Sangha.

  • Sejak itu, Raja Bimbisāra selalu mendukung Buddha dan bhikkhu dengan penuh keyakinan.


3. Diskusi Interaktif (10 menit)

Pertanyaan untuk anak-anak:

  1. Kenapa Raja Bimbisāra kagum pada Pangeran Siddhattha?

  2. Kalau kalian jadi Raja Bimbisāra, apa hadiah yang kalian berikan untuk Buddha?

  3. Menurut kalian, lebih penting mana: kekayaan atau kebijaksanaan? Kenapa?

👉 Guru bisa menambahkan analogi sederhana:
“Kalau kita punya banyak uang tapi tidak tahu cara menggunakannya dengan baik, bisa membuat masalah. Tapi kalau kita bijaksana, kita bisa menggunakan uang untuk menolong banyak orang.”


4. Kegiatan Kreatif (10 menit)

Pilihan sesuai kondisi kelas:

  • Drama Mini: Anak-anak berperan sebagai Raja Bimbisāra, Pangeran Siddhattha, pengawal, dan rakyat.

  • Menggambar: “Gambarlah Raja Bimbisāra sedang memberikan Veluvana (Hutan Bambu) kepada Buddha.”


5. Kesimpulan & Pesan Moral (5 menit)

Guru menekankan poin penting:

  • Raja Bimbisāra adalah contoh umat awam pertama yang mendukung Buddha.

  • Ia rela memberikan miliknya untuk mendukung Dhamma.

  • Pesan moral:

    1. Jangan terikat pada kekayaan.

    2. Hargai orang bijaksana.

    3. Gunakan apa yang kita punya untuk menolong orang lain.

Penutup:

  • Ajak anak-anak mengucapkan:

    “Saya ingin seperti Raja Bimbisāra, mendukung Dhamma dan berbuat baik.”

  • Dedikasikan jasa kebajikan bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGHADAPI MARA

    🪷 KEGIATAN SMB 45 MENIT Tema: Petapa Gotama Menghadapi Māra (Kisah dari Nidānakathā Jātaka dan Sutta Nipāta 3.2) Kelas: 5–6 SD Durasi: ±45 menit 🌸 1. PEMBUKA (3 menit) Guru memberi salam Buddhis. Anak-anak duduk tenang dan bernamaskara. Guru mengajak menyanyi “Namo Tassa…” atau tepuk semangat singkat. --- 🌳 2. STUDI CERITA (±12 menit) Cerita Dhamma: Keteguhan di Bawah Pohon Bodhi Di Hutan Gayā, Petapa Gotama menemukan pohon asattha (beringin) dan duduk bersila menghadap timur. Beliau bertekad: > “Walau hanya kulit, urat, daging, dan tulang-Ku yang tertinggal, Aku tak akan bangkit sebelum menjadi Buddha!” Māra — raja kegelapan — mendengar tekad itu dan berteriak: > “Tak akan kubiarkan Siddhattha menjadi Buddha!” Dengan menunggang gajah besar Girimekhala, Māra datang bersama pasukan jahatnya. Petapa Gotama tetap duduk tenang, penuh ketenangan batin. Māra menyerang dengan angin topan, badai, hujan batu, api, abu panas, dan lumpur, tetapi semua berubah menjadi bunga-b...

Vaṇṇupatha-Jātaka

🏜️ VAṆṆUPATHA–JĀTAKA (Kisah Perjalanan di Gurun Pasir) Ketekunan dan Keyakinan Membawa Keselamatan 📜 Latar Cerita: Brahmadatta adalah raja di Benares. Bodhisatta terlahir sebagai seorang saudagar bijaksana yang memimpin lima ratus gerobak dagang menyeberangi padang pasir sejauh enam puluh yojana. Gurun itu sangat panas — pasirnya seperti bara, sehingga mereka hanya dapat berjalan di malam hari dan beristirahat di siang hari. 🌵 Kisahnya: Suatu malam, pemandu mereka tertidur di atas gerobak dan sapi-sapi tanpa sadar berbalik arah, sehingga rombongan kembali ke tempat semula. Pagi tiba — air dan kayu bakar sudah dibuang, tidak ada lagi bekal. Semua orang putus asa dan berbaring di bawah gerobak, menunggu mati. Namun Bodhisatta berkata dalam hati: “Jika aku menyerah sekarang, semuanya akan binasa.” Ia berjalan di bawah panas matahari dan menemukan rumput kusa tumbuh di pasir. “Rumput ini tidak mungkin hidup tanpa air di bawahnya,” pikirnya. Ia memerintahkan pengikutnya menggali. Setelah...
Tema: Berani Beda, Berani Benar Peserta: Remaja SMP/SMA 1. Pembukaan (3 menit) Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa (3x). Selamat pagi/siang sahabat Dhamma. Hari ini kita akan membahas satu hal yang sangat penting dalam hidup remaja: bagaimana kita berani berbeda ketika lingkungan menekan kita untuk ikut arus, dan berani benar meskipun harus sendirian. 👉 Pertanyaan pembuka: “Siapa di sini pernah merasa tertekan ikut-ikutan teman padahal hati kecil berkata itu salah?” 2. Mengapa Tema Ini Penting (5 menit) Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Tekanan dari teman sebaya (peer pressure) bisa sangat kuat. Media sosial menambah tekanan: ikut tren, ikut challenge, takut dianggap “nggak gaul”. Pertanyaan reflektif: “Apakah lebih penting terlihat keren di mata orang lain, atau tenang di hati sendiri?” 3. Landasan Dhamma (10 menit) Dhammapada 061 “Lebih baik berjalan sendiri di jalan yang benar, daripada berjalan bersama orang bodoh di jalan yang salah...